Ditulis
Oleh: Red/KC
Minggu
15 Desember 2013, selepas dari Kenduri Cinta malam sebelumnya, Cak Nun bersama
KiaiKanjeng sudah berada di Lapangan Karang Pawitan Karawang. Maiyahan kali ini
dihadiri oleh masyarakat beserta Bupati Karawang, Bapak Ade Swara, dan jajaran
Muspida. Berlangsung dari pukul 20.00 sampai hampir tengah malam, Maiyahan
Karawang meriah dihiasi nomor-nomor Kiaikanjeng yang merangkum kearifan Sunda
bersama suku-suku lain dalam rangka kebersamaan Indonesia.
Karakter
Manuk Dadali dan lagu-lagu Sunda lainnya memiliki kemiripan dengan musik Jepang
dan Rusia. Bahwa konstelasi dunia ini tidak seperti yang kita pikir sekarang.
Dulu manusia menyebar sampai ke benua-benua yang berlainan semuanya berasal
dari Tanah Sunda – meskipun pada saat itu Sunda dan Jawa belum mengalami
metamorfosis, di mana metamorfosis itu menjadi ekstrim setelah Gajahmada
menyerbu rombongan Prabu Siliwangi sampai terjadi Perang Bubat.
Selain
Manuk Dadali, dibawakan pula nomor Shalawat Badar versi Sunda, Gundul Pacul,
Dunya La Tarham, Renungkanlah, Lir-Ilir. Dari shalawat Dunya La Tarham kita
diajari untuk tidak mencintai dunia. Cukup letakkan dunia di genggaman tangan,
jangan masukkan ke pikiran dan hati.
Lagu
Renungkanlah dipilih supaya kita mampu lebih menghargai khasanah lagu-lagu
Melayu lama yang telah sejak lama kita tinggalkan. Kita lebih suka dangdut, dan
lama-lama dangdut membunuh dirinya sendiri. Musik tidak lagi penting, apalagi
pemain musiknya, karena yang utama adalah goyangannya. Hal yang sama terjadi
juga pada musik pop dan pada dimensi lain yang lebih luas.
Cak
Nun meminta siapa saja yang ingin berbicara untuk maju ke depan sehingga ada
suara dari atas, bawah, dan tengah. Sesuai dengan permintaan dari Bapak Ade
Swara, seluruh pembicaraan pada Maiyahan Karawang ini menuju pada satu tema
besar yaitu akhlak. Cak Nun terlebih dulu memberikan selamat dan doa kepada
koran lokal Kabar Gapura yang tepat satu tahun usianya.
Kata
‘kabar’ dan ‘gapura’ berasal dari asmaul husna. Khabar, pelakunya disebut
Al-Khobir, Allah Maha Mengabarkan apa-apa yang diperlukan kepada makhluk-Nya.
Wa alama Adamal asma-a kullaha. Sementara Al-Ghafur artinya Allah Maha
Pengampun. Meskipun yang memberi nama tidak memaksudkan demikian, memang banyak
orang dibimbing Allah untuk melakukan sesuatu yang indah tanpa dia sadari.
Kabar
Gapura harus menjadi kabar tentang bagaimana orang-orang Karawang memiliki
keluasan jiwa, ketulusan hati, toleransi, dan pemahaman satu sama lain sehingga
tumbuh kedamaian karena setiap orang siap saling memaafkan. Semoga kita menjadi
orang yang sukar marah, mudah memaafkan.
Akhlak
adalah tentang kebaikan. Bersamanya ada dua unsur lagi yang juga harus ada
dalam setiap keputusan langkah manusia, yakni kebenaran dan keindahan.
Seindah-indahnya musik jangan sampai ia tidak baik, sebab untuk apa
menyenangkan kalau tidak memenuhi akhlak. Kegembiraan harus baik, kebaikan
harus benar, kebenaran harus menggembirakan. Sayangnya dalam kehidupan beragama
dan berkebudayaan, keindahan tidak kita hitung sebagai unsur yang harus ada.
Secara
hukum atau fiqih, shalat terpenuhi asalkan bacaan dan geraknya persis tuntunan
dari mulai takbiratul ihram sampai salam. Tidak ada keharusan secara fiqih
untuk khusyuk dalam shalat, tapi tanpa kekhusyukan kita belum shalat secara
akhlak. Kebenaran bisa batal tanpa adanya keindahan.
Kalau
di jalan kita bertemu seseorang tertabrak sepeda motor kemudian kita tidak
menolongnya, pasal hukum tidak menyatakan kita salah. Tapi secara akhlak kita
jelas salah. Maka tidak tepat jika negara ini menganut supremasi hukum, karena
hukum sangat dangkal untuk ditempatkan sebagai supremasi.
Yang
nomor satu harus dibawa hakim ke pengadilan bukanlah pasal-pasal hukum,
melainkan rasa dan prinsip keadilan. Pasal hukum tak akan mencukupi karena ada
bermacam kasus. Hakim berdasarkan yurisprudensi dari suatu kasus bisa
menciptakan hukum baru berdasar prinsip-prinsip keadilan.
Karawang
punya tantangan luar biasa untuk menerapkan konsep yang memperhatikan seluruh
unsur ini – kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Karawang bagian selatan
merupakan daerah agraris yang keindahannya telah tertata sejak berabad lalu,
tapi di bagian utaranya industri semakin banyak, gunung-gunung dipangkas.
Konsep itu nantinya harus mampu membuat Karawang sebagai kota yang indah
meskipun banyak pabrik di dalamnya. Indah yang bagaimana?
Sekarang
ini keindahan seringkali hanya mengandalkan mata, bukan nilai. Gelandangan,
pengemis, pedagang kaki lima, digusur dengan alasan keindahan kota. Padahal
manakah yang lebih indah: jalanan tidak begitu bersih tapi aktivitas mencari
makan untuk anak-istri banyak orang lancar, semua diuntungkan, atau jalanan
bersih dan rapi tapi banyak yang tidak bisa cari makan?
Walikota
Jogja, Heri Yudianto, membangun Pasar Klithikan untuk merelokasi para pedagang
barang bekas dari berbagai area. Pasar ini kini menjadi salah satu sasaran
wisata di sana. Ini satu contoh bagaimana penerapan kebenaran mempertimbangkan
juga aspek kebaikan dan keindahan.
“Dalam
bahasa Jawa, ada kaji dan ada aji. Meng-kaji adalah aktivitas berpikir untuk
menganalisis sesuatu, sementara meng-aji merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan derajatnya di hadapan manusia dan Allah. Maiyahan Karawang malam
ini harus merangkum keduanya.”
Ada
sebuah kisah tentang seorang kiai yang mengajari santri-santrinya ngaji dan
juga bertani. Pada suatu siang, Pak Kiai sedang asyik bercocok tanam ketika
tersadar bahwa hari sudah menjelang Ashar dan Beliau belum shalat Dzuhur.
Beliau langsung lari ke masjid lalu menimba air wudlu dari sumur. Ketika timba
sampai di bibir sumur, Pak Kiai melihat berpuluh-puluh semut di permukaan
airnya. Pak Kiai bertemu dengan dilema teologis dan akhlak: kalau wudlu saat
itu juga, semut-semut mati; kalau menyelamatkan semut, Beliau bisa ketinggalan
Dzuhur. Pak Kiai memilih mengambili semut satu per satu kemudian meletakkannya
di tempat kering. Belum seluruh semut terangkut, terdengarlah adzan Ashar.
Aliran-aliran Islam yang semakin hari semakin banyak berbeda pendapat mengenai
hal ini.
Di
Jawa Tengah bahkan sudah muncul banyak aliran yang mengkafir-kafirkan
aliran-aliran lain dari jauh, tapi tidak pernah mau diajak bicara, berunding,
diskusi, berdebat. Nabi Isa pernah berkata bahwa Beliau diberi keistimewaan
oleh Allah untuk menyembuhkan penyakit manusia kecuali satu, yaitu ahmaq (orang
yang tidak bisa diajak bicara). Menurut Sayyidina Ali, penyakit ahmaq ini hanya
satu jalan keluarnya, yakni mati.
“Karawang
harus dijaga jangan sampai rusak karena pertentangan aliran. Apa saja yang merusak
persaudaraan harus ditindak tegas oleh pemerintah. Aliran apapun syaratnya
satu: tidak memecah belah rakyat, tidak menciptakan retakan-retakan
masyarakat.”
Pemerintah
itu semacam suami dan rakyat semacam istri, seperti halnya manusia merupakan
suami bagi alam semesta dan Allah merupakan suami bagi hamba-hamba-Nya. Baru
setelah Allah menghamparkan fasilitas yang berlimpah bagi manusia, Dia tarik
sedikit pajak berupa shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, haji, dengan
diawali komitmen mencintai dalam kalimat syahadat. Cinta merupakan rasa
subyektif seorang manusia kepada manusia lain, sementara mencintai adalah
komitmen sosial, kesetiaan, istiqomah, pemberian, kemurahan, dan seterusnya.
“Jangan
andalkan istri atau suamimu, tapi andalkanlah kesatuan cinta kalian kepada
Allah di bawah bimbingan Rasulullah. Dengan bersikap seperti ini, setiap hari
Anda menjadi pengantin baru.”
Menjelang
tengah malam, Cak Nun meminta Kiaikanjeng membawakan medley lagu-lagu
Nusantara, “Kita masukkan seluruh Indonesia ke dalam jiwa kita untuk kita
lindungi bersama karena kalau Anda tidak hati-hati, tidak punya kekompakan
antara rakyat dengan pemerintah, tahun 2015 negara ini bisa bubar atau minimal
pecah. Dollar akan terus naik dan seterusnya, lalu tahun 2014 menjadi momentum
di mana penjarah-penjarah dari luar negeri sudah punya rencana penjajahan baru
setelah Freeport yang terletak di Jawa Timur. Oleh karena itu kita mohon kepada
Allah agar Dia turun tangan dan tidak membiarkan negara kita dijarah dan
dipecah-pecah oleh kekuatan dari luar.” [Red KC/Ratri Dian Ariani]
-
See more at: http://kenduricinta.com/v3/?p=2937#sthash.KxxhbaIc.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar