Rabu, 25 Desember 2013

Koreksi untuk Diksi Resolusi



Oleh: Adian Saputra (Manusia biasa yang terus belajar untuk menjadi lebih baik lagi)

23 Desember 2013

Satu kata yang cukup akrab berseliweran menjelang pergantian tahun ini ialah “resolusi”. Hampir setiap bertemu dengan kawan, karib, jiran, dan sejawat, hampir selalu itu yang ditanyakan. “Apa resolusimu untuk 2014?”.

Sejak tahun lalu, saya kepengin benar menulis soal ini. Tapi entah mengapa selalu tertahan. Mungkin hanya kemalasan, hahaha. Buat saya, diksi resolusi untuk konteks impian pribadi sebetulnya kurang tepat. Tapi karena ini dilazimkan terus-menerus oleh media massa dan kita para penutur, jadilah lema “resolusi” ini menjadi tren tersendiri. Yuk kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia. Resolusi bermakna putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.

Mari kita dedah secara saksama. Kalau kita menganggap resolusi itu sebagai impian pribadi, sebetulnya tidak tepat. Sebab, resolusi mensyaratkan adanya sikap bersama yang diputuskan dalam musyawarah. Kalau impian kita pada tahun depan berasal dari ide, gagasan, argumentasi, dan impian kita sendiri, lema yang pas mungkin bukan resolusi. Sebab, resolusi mensyaratkan adanya musyawarah atau putusan bersama. Kita ingat, kalau sedang menonton televisi atau membaca berita soal Resolusi Dewan Keamanan PBB, nah konteksnya pas. Resolusi Dewan Keamanan PBB memang diambil dalam musyawarah dan menjadi putusan bersama. Meski ada hal veto dari Dewan Keamanan, resolusi sungguh pas dipakai dalam putusan bersama itu.


Tapi, kalau impian kita pada tahun depan berasal dari kumpulan gagasan keluarga, kawan, sejawat, karib, dan sebagainya, bisalah dikatakan itu resolusi juga. Sebab, apa yang akan kita lakukan pada tahun depan digagas secara bersama. Hanya saja, rasanya agak langka sebuah putusan pribadi, apalagi dalam konteks pergantian tahun, disusun bersama. Kita lebih sering berintrospeksi sendiri, kemudian mencatat dan menginventarisasi, apa saja yang akan dilakukan pada tahun depan. Misalnya, impian tahun depan ialah lulus kuliah, rajin menulis di blog Kompasiana, sesering mungkin mengikuti pelatihan menulis dan motivasi, dan mulai menyiapkan segala hal untuk berwirausaha.

Dalam konteks keinginan pribadi, jika merujuk pada makna resolusi, sejujurnya juga tidak pas. Mengapa demikian? Simak lagi definisi resolusinya. Resolusi itu bersifat “memaksa” karena pihak yang merumuskan resolusi itu mendesak pihak lain. Ada unsur tuntutan di situ. Ada ihwal “paksaan” di dalamnya. Sementara “resolusi” yang selama ini sering kita “salah kaprahi”, lebih kepada keinginan, impian, cita-cita pribadi. Kita tak menuntut orang lain. Yang kita tuntut adalah diri kita sendiri. Yang kita desak adalah diri kita sendiri. Bukan orang atau pihak lain.

Lagi-lagi, Resolusi Dewan Keamanan PBB memang pas dijadikan contoh. Kita bisa baca dalam senarai berita, resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB memang bersifat memaksa, mendesak, menekan, dan sejenisnya. Yang terbaru misalnya, Dewan Keamanan PBB mendesak Suriah menghentikan penggunaan senjata kimia untuk mengatasi pemberontakan terhadap rezim Bashar Al Assad. Atau Resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Israel agar tidak membangun permukiman baru di tanah Palestina. Itulah contoh penggunaan diksi resolusi yang tepat.

Akan tetapi, bahasa Indonesia kita ini memang lentur sekali. Kadang, meski konteksnya berbeda, tapi sedikit ada kesamaan, sebuah lema bisa meluas dan menyempit maknanya. Diksi resolusi dalam konteks impian kita pada tahun baru, mengalami perluasan, bahkan perubahan makna yang cukup signifikan. Tapi, itulah bahasa Indonesia kita. Lentur dan nyaman untuk dipakai. Kadang, penuturan di masyarakat menjadi alasan kuat untuk perumus Kamus Besar Bahasa Indonesia mengentri sebuah lema ke dalam Kamus. Dulu, tak ada kata “mencontreng”. Namun, karena KPU mensyaratkan “mencontreng “ dalam pemilu, dalam edisi terbarunya, Kamus Besar Bahasa Indonesia menerimanya dengan segala kerendahan hati. Padahal ada diksi “menconteng” dan “mencentang” yang sama dan sebangun dengan “mencontreng” yang buat saya enggak kena di hati, hahaha.

So, resolusi pun demikian. Silakan saja dipakai. Meski untuk konteks pribadi, tak tepat-tepat amat. Saya lebih suka dengan “impian”. Impian ini punya spektrum yang luas. Ia ada dalam angan-angan, kemudian dituliskan di selembar kertas, ditempel di dinding kamar, dan menjadi pemandu kita mengisi hari-hari baru pada tahun depan. Ya, saya lebih suka impian. Tapi, resolusi pun boleh juga. Anda sudah punya impian? Saya sudah. Nantilah saya tulis lagi di artikel yang lainnya. Selamat memasuki tahun 2014. Bismillah. Wallahualam bissawab.

Sumber: http://bahasa.kompasiana.com/2013/12/23/koreksi-untuk-diksi-resolusi-622012.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar