Oleh:
Adian Saputra (Manusia biasa yang terus belajar untuk menjadi lebih baik lagi)
23
Desember 2013
Satu
kata yang cukup akrab berseliweran menjelang pergantian tahun ini ialah
“resolusi”. Hampir setiap bertemu dengan kawan, karib, jiran, dan sejawat,
hampir selalu itu yang ditanyakan. “Apa resolusimu untuk 2014?”.
Sejak
tahun lalu, saya kepengin benar menulis soal ini. Tapi entah mengapa selalu
tertahan. Mungkin hanya kemalasan, hahaha. Buat saya, diksi resolusi untuk
konteks impian pribadi sebetulnya kurang tepat. Tapi karena ini dilazimkan
terus-menerus oleh media massa dan kita para penutur, jadilah lema “resolusi”
ini menjadi tren tersendiri. Yuk kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Resolusi bermakna putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau
tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis,
biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.
Mari
kita dedah secara saksama. Kalau kita menganggap resolusi itu sebagai impian
pribadi, sebetulnya tidak tepat. Sebab, resolusi mensyaratkan adanya sikap
bersama yang diputuskan dalam musyawarah. Kalau impian kita pada tahun depan
berasal dari ide, gagasan, argumentasi, dan impian kita sendiri, lema yang pas
mungkin bukan resolusi. Sebab, resolusi mensyaratkan adanya musyawarah atau
putusan bersama. Kita ingat, kalau sedang menonton televisi atau membaca berita
soal Resolusi Dewan Keamanan PBB, nah konteksnya pas. Resolusi Dewan Keamanan
PBB memang diambil dalam musyawarah dan menjadi putusan bersama. Meski ada hal
veto dari Dewan Keamanan, resolusi sungguh pas dipakai dalam putusan bersama
itu.
Tapi,
kalau impian kita pada tahun depan berasal dari kumpulan gagasan keluarga,
kawan, sejawat, karib, dan sebagainya, bisalah dikatakan itu resolusi juga.
Sebab, apa yang akan kita lakukan pada tahun depan digagas secara bersama.
Hanya saja, rasanya agak langka sebuah putusan pribadi, apalagi dalam konteks
pergantian tahun, disusun bersama. Kita lebih sering berintrospeksi sendiri,
kemudian mencatat dan menginventarisasi, apa saja yang akan dilakukan pada
tahun depan. Misalnya, impian tahun depan ialah lulus kuliah, rajin menulis di
blog Kompasiana, sesering mungkin mengikuti pelatihan menulis dan motivasi, dan
mulai menyiapkan segala hal untuk berwirausaha.
Dalam
konteks keinginan pribadi, jika merujuk pada makna resolusi, sejujurnya juga
tidak pas. Mengapa demikian? Simak lagi definisi resolusinya. Resolusi itu
bersifat “memaksa” karena pihak yang merumuskan resolusi itu mendesak pihak
lain. Ada unsur tuntutan di situ. Ada ihwal “paksaan” di dalamnya. Sementara
“resolusi” yang selama ini sering kita “salah kaprahi”, lebih kepada keinginan,
impian, cita-cita pribadi. Kita tak menuntut orang lain. Yang kita tuntut
adalah diri kita sendiri. Yang kita desak adalah diri kita sendiri. Bukan orang
atau pihak lain.
Lagi-lagi,
Resolusi Dewan Keamanan PBB memang pas dijadikan contoh. Kita bisa baca dalam
senarai berita, resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB memang bersifat
memaksa, mendesak, menekan, dan sejenisnya. Yang terbaru misalnya, Dewan
Keamanan PBB mendesak Suriah menghentikan penggunaan senjata kimia untuk
mengatasi pemberontakan terhadap rezim Bashar Al Assad. Atau Resolusi Dewan
Keamanan PBB terhadap Israel agar tidak membangun permukiman baru di tanah
Palestina. Itulah contoh penggunaan diksi resolusi yang tepat.
Akan
tetapi, bahasa Indonesia kita ini memang lentur sekali. Kadang, meski
konteksnya berbeda, tapi sedikit ada kesamaan, sebuah lema bisa meluas dan
menyempit maknanya. Diksi resolusi dalam konteks impian kita pada tahun baru,
mengalami perluasan, bahkan perubahan makna yang cukup signifikan. Tapi, itulah
bahasa Indonesia kita. Lentur dan nyaman untuk dipakai. Kadang, penuturan di
masyarakat menjadi alasan kuat untuk perumus Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengentri sebuah lema ke dalam Kamus. Dulu, tak ada kata “mencontreng”. Namun,
karena KPU mensyaratkan “mencontreng “ dalam pemilu, dalam edisi terbarunya,
Kamus Besar Bahasa Indonesia menerimanya dengan segala kerendahan hati. Padahal
ada diksi “menconteng” dan “mencentang” yang sama dan sebangun dengan
“mencontreng” yang buat saya enggak kena di hati, hahaha.
So,
resolusi pun demikian. Silakan saja dipakai. Meski untuk konteks pribadi, tak
tepat-tepat amat. Saya lebih suka dengan “impian”. Impian ini punya spektrum
yang luas. Ia ada dalam angan-angan, kemudian dituliskan di selembar kertas,
ditempel di dinding kamar, dan menjadi pemandu kita mengisi hari-hari baru pada
tahun depan. Ya, saya lebih suka impian. Tapi, resolusi pun boleh juga. Anda
sudah punya impian? Saya sudah. Nantilah saya tulis lagi di artikel yang
lainnya. Selamat memasuki tahun 2014. Bismillah. Wallahualam bissawab.
Sumber:
http://bahasa.kompasiana.com/2013/12/23/koreksi-untuk-diksi-resolusi-622012.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar