Sabtu, 21 Desember 2013

Dari Mana Lahir Kiasan “Setali Tiga Uang”?

Oleh: Gustaaf Kusno

12 Desember 2013

Kita semua tahu kiasan “Setali tiga uang” bermakna “sama saja” alias “tak ada bedanya”. Setali atau setalen adalah mata uang koin bernilai 25 sen di zaman dahulu. Lantas bagaimana penjelasannya, koin 25 sen ini disamakan dengan tiga uang? Uang apa yang dimaksudkan? Dulu saya pernah membayangkan bahwa tiga uang tersebut adalah dua koin ketip (bernilai 10 sen) + satu koin kelip (bernilai 5 sen). Ternyata bayangan saya ini sekalipun logis, bukanlah merupakan penjelasan cikal bakal kelahiran perumpamaan “setali tiga uang” tersebut.

Dahulu kala orang mengatakan “setalen tiga duit”. Duit adalah mata uang koin yang dikeluarkan oleh penjajah Belanda sejak zaman VOC pada tahun 1726. Bukan hanya negara Belanda saja yang memakai istilah duit ini, namun juga sejumlah negara mengadopsinya, seperti Jerman (deut), Inggris dan Skotlandia (doit). Nilai tukar ”duit” ini bervariasi dalam kurun waktu tertentu. Pernah satu duit ini setara dengan satu farthing (yang bernilai 25 sen). Namun pernah juga tiga duit (dalam bahasa Belanda: drie duiten) setara dengan satu farthing. Nampaknya dari kurs mata uang inilah kemudian lahir ungkapan ”setalen tiga duit” selanjutnya menjadi ”setali tiga uang” (karena istilah ”duit” akhirnya merujuk kepada ”uang”).


Demikian juga istilah ”seringgit dua kupang” yang kurang lebih mempunyai makna yang sama. Seringgit di zaman baheula bernilai dua setengah rupiah, sedangkan satu kupang adalah koin yang nilainya bervariasi sesuai daerah sirkulasinya, baik di kawasan Melayu maupun di Sumatera. Yang menarik adalah kata ”kupang” yang dalam KBBI disebutkan dengan ”siput laut yang dahulu dipakai sebagai mata uang”. Sampai sekarang pun ada makanan khas Surabaya yang dinamakan ”lontong kupang”. Bagi generasi tua tentu masih ingat dengan langgam Melayu yang berjudul ”Seringgit Dua Kupang” yang dilantunkan oleh Lilies Surjani.

Kiasan ”setali tiga uang” atau ”seringgit dua kupang” sepertinya sekarang sudah digeser dengan istilah yang lebih trendi yaitu ”sebelas duabelas”. Untuk yang disebut belakangan ini saya justru belum menemukan ’sejarahnya” mengapa disebutkan demikian. Bukankah ”sebelas” tak sama dengan ”duabelas”?


Sumber: http://bahasa.kompasiana.com/2013/12/12/dari-mana-lahir-kiasan-setali-tiga-uang-618743.html?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar