Rabu, 01 Januari 2014

Standar Tarif Editing Naskah



Oleh Bambang Trim (Praktisi penulisan-penerbitan Indonesia)

17 Agustus 2012

Sekumpulan editor di Indonesia sering galau kalau dikonfirmasi soal tarif editing naskah, terutama bagi mereka yang bekerja lepas. Tentu kegalauannya disebabkan apakah ia telah menetapkan tarif yang memadai untuk jasanya atau apa sebenarnya yang menjadi dasar ia menetapkan tarif sedemikian.

Di sebuah situs internet, saya pernah juga melihat sebuah usaha jasa penerbitan membuka layanan editing naskah dengan tarif per kata. Namun, ironisnya susunan kalimat layanan yang ia tawarkan saja dipenuhi kesalahan EYD (menggunakan kata ‘merubah’). Hal inilah yang juga kadang menambah kegalauan ketika banyak orang yang mengaku mampu mengedit sebenarnya tidak memiliki standar sebagai editor. Bagaimana mereka dapat menggaransi pekerjaan mereka benar-benar memenuhi standar layak terbit, sedangkan mereka sendiri menulis teks iklan layanannya kurang becus?

Karya tulis adalah sebuah karya kredibilitas yang menunjukkan kadar wawasan serta intelektual penulisnya. Karena itu, peran editor sangat penting membantu menjaga atau menaikkan kredibilitas sang penulis itu. Memang “tidak ada naskah yang tak retak” sehingga editor pun diperlukan sebagai orang yang mampu memperbaikinya. Editing dapat berupa perbaikan tata bahasa, perbaikan gaya penyajian, ataupun penulisan ulang (editing berat).


Jadi, ada pekerjaan editing yang disebut copy editing atau editing naskah (teks) yang meliputi perbaikan tata bahasa, penyelarasan dengan gaya selingkung, serta penelusuran data dan fakta. Keseluruhan bagian ini disebut mechanical editing. Pekerjaan ini tentu menuntut ketelitian sekaligus wawasan editor soal tata bahasa dan juga bidang yang dieditnya. Tidaklah serta merta seorang yang piawai menulis juga kemudian mampu menjadi editor. Karena itu, editor di Indonesia juga selayaknya disertifikasi untuk mengukuhkannya benar-benar memiliki kemampuan mengedit naskah.

Ada kalanya editing yang dilakukan memang editing berat yang kerap disebut substantive editing.  Beberapa layanan penerbitan di luar negeri sering menyebutnya full editing—editing yang dilakukan hingga penataan ulang bab-bab, belum termasuk penulisan ulang. Dalam hal ini standar tarifnya akan lebih mahal dibandingkan copy editing.

Satu lagi yang masuk layanan editing naskah adalah proofreading. Apa bedanya? Proofreading dilakukan pada naskah yang sudah ditata letak atau disebut pruf. Proofreading dilakukan untuk menemukan kesalahan tik (typo), kesalahan penempatan gambar atau bahan visual lainnya, kesalahan data/fakta seperti nama orang atau tanggal, serta verifikasi silang misalnya antara nomor halaman pada daftar isi dan halaman yang dirujuk.

Perhatikan tabel layanan editing dari sebuah jasa penerbitan bernama Llumina berikut ini.

Proofreading

Your book is pretty much complete.  It’s a “good read” and you just want to clean up the text for printing.

We’ll read your book and correct the following:

  1. spelling
  2. capitalization errors
  3. typos
  4. punctuation errors
  5. minor grammatical errors
  6. formatting

$ .01 – $.019 cents per word.
           
Full Edit

Here’s where we help you turn a good story into a great one.  We’ll examine your style, organization, sentence structure, word choice and more..

In addition to proofreading

we’ll look at:

1.      sentence structure
2.      word choice
3.      repetitiveness
4.      grammatical choices
5.      clarity and sense
6.      awkward phrasing
7.      rhythm

$.02 – $.029 cents per word.
           
Rewrite

Some books have problems that are embedded in the structure. We’ll look for loose ends,  poor characterization and plotting, and other issues that keep a book from realizing its full potential. We would also consider it a rewrite if the sentence structure or word usage is extremely poor.

In addition to a full edit we’ll also look at:

1.      structural choices
2.      characterization
3.      plot consistency
4.      overall structure
5.      loose ends to tie up
6.      momentum

$ .03 – $.08 cents per word.

Dasar tarif yang digunakan per kata yaitu mulai dari $.01. Kalau kurs rupiah yang kita gunakan Rp9.500, tarifnya Rp95 per kata. Coba kita bandingkan dalam satu halaman A4 dengan tulisan 1,5 spasi ada 300 kata sehingga harga per halaman Rp28.500. Ini masih standar tarif proofreading. Jika meminta layanan full edit, harganya bisa dua kali lipat.

Lebih lengkapnya, mereka menetapkan standar tarif dengan model banyaknya kata seperti ini. Makin banyak kata yang diedit, umumnya semakin berkurang standar tarif per katanya.

Mari bandingkan lagi dengan layanan dari Wheatmark berikut ini. Wheatmark menggunakan skala analisis editor dan juga menerapkan editing ringan hingga editing berat berdasarkan skala analisis editor mereka. Harganya pun berbeda-beda.

Regular Copyediting – $0.02 per word, 2–3 weeks

The manuscript is rated 6–7 on the 10-point Editorial Analysis’s scale. Regular Copyediting is a basic edit for:

1.      Errors in grammar and punctuation
2.      Minor errors in syntax (if major syntax errors exist throughout, heavy copyediting is recommended)
3.      Questionable words and phrases (which will be flagged so you can change them)
4.      Errors of common knowledge (e.g., The Jay Leno Show would be changed to The Tonight Show with Jay Leno.)
5.      Phrases and word choices regarded inappropriate for the subject or readership
6.      Instances where permission to use a quote, song lyric, image, etc. may be required (your editor will flag the item in question)

Light Copyediting – $0.015 per word, 2–3 weeks

The writing is considered an 8–9 on the Editorial Analysis’s 10-point scale. The editorial objectives for light copyediting are the same as for regular copyediting—some manuscripts simply require less editorial involvement than others. A favorable Editorial Analysis is required for light copyediting.

Heavy Copyediting – $0.024 per word, 2–3 weeks

Heavy copyediting is necessary when the manuscript is submitted in a format that does not lend itself to traditional publishing (a 4–5 on the Editorial Analysis’s 10-point scale). The editorial objectives are the same as for the lower-level editorial services, with additional checks for:

1.      Serious errors in syntax (in some cases, the author will be asked to change the sentence structure in order to retain the intended meaning)
2.      Organizational problems on a sentence or paragraph level
3.      Retaining the plotline, character traits, and continuity throughout
4.      Minor instances where the content strays/digresses from the purpose of the story (if major instances occur, a developmental edit is recommended)
5.      Fact checking: Light research will be done as warranted. This entails checking quotes, names, common data, etc. that are easy to find. Note that not all items will be checked.

Heavy Copyediting:

1.      Does not reorganize paragraphs to establish a logical flow of thought for the reader. If this is necessary, then a developmental edit is recommended.
2.      Does not provide excessive direction to the author.

Developmental Editing – $0.054 per word, 6–8 weeks

Developmental editing requires a serious commitment from both the author and the editor to improve a manuscript that scores a 3 or lower on the Editorial Analysis’s 10-point scale. Multiple editorial passes are required to effectively convert the manuscript into a publishable piece of work. The developmental editing process also includes heavy copyediting. See the details of developmental editing.

Proofreading – $0.009 per word, 1–3 weeks (prerequisite: any of the Wheatmark copyediting services)

Once your manuscript has been turned into a fully paginated proof, a proofreader will:

1.      Correct spelling errors
2.      Check hyphenation at ends of lines to be sure it follows publishing standards set in the Chicago Manual of Style, 15th ed.
3.      Confirm that typeface and font are displayed correctly, including these elements:
4.      Italic, boldface, small caps, or any font different from the body copy font
5.      Heads and subheads
6.      Set-off items—excerpts, poetry, equations, etc.
7.      Any errors resulting from the conversion of electronic files
8.      Review page numbers, running headers, and running footers for consistency
9.      Verify that illustrations and tables are placed correctly in the text
10.  Query whether permission has been granted for reprinting any copyrighted material included. If permission has not been granted by this stage, the item may need to be deleted or replaced by the author.
11.  Check each page spread for length, vertical spacing, widows (a short line at the top of a page), and orphans (a very short word or part of a word at the end of a paragraph).
12.  Check TOC (table of contents) for accuracy by cross-referencing it with the chapter titles, subheads, and any other heads in the book.

Nah, apakah editor Indonesia, terutama para editor lepas sudah memiliki sistem seperti ini, misalnya sistem penilaian naskah dari proses baca pertama (first reading). Dalam penetapan standar tarif editing tentu ada hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.

1.      Kondisi naskah berdasarkan penilaian dari baca pertama apakah masuk kategori memerlukan editing ringan, editing sedang, atau editing berat. Standar tarifnya akan berbeda.
2.      Durasi editing naskah yaitu hitungan waktu editing yang diperlukan dalam satu jam dengan basis halaman. Kecepatan editing setiap jenis editing tentu berbeda. Wheatmark menggunakan waktu 2-3 minggu untuk regular editing, tetapi tidak dijelaskan untuk standar naskah berapa halaman. Jika digunakan standar yang dibuat Amy Einsohn dalam bukunya The Copyeditor’s Handbook, regular editing bisa menghasilkan 4-7 halaman per jam. Kalau rata-rata kita bekerja 6 jam sehari, hasil maksimalnya adalah 42 halaman.
3.      Jenis naskah yang tentunya berpengaruh terhadap kecepatan editing. Ada pembagian naskah berdasarkan teks mudah dan teks sulit. Teks mudah umumnya naskah dari bidang sosial atau humaniora, sedangkan teks sulit umumnya naskah dari bidang sains, terutama yang dipenuhi rumus, postulat, tabel, dan grafik.

Saya sempat mengungkapkan beberapa kali dalam seminar dan pelatihan editor bahwa ketika kita mulai menetapkan standar tarif, profesionalitas sudah harus dikedepankan. Di sinilah perlunya sertifikasi bagi para editor untuk mendapatkan pengakuan terhadap tarif yang ditetapkannya.

Lalu, berapa standar tarif editing di Indonesia. Saya masih miris jika ada yang masih bersedia dibayar Rp4.000-Rp5.000 per halaman walau hanya taraf proofreading. Memang beban editorial yang berat akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi sebuah buku. Namun, jika kita mengerti standar rugi laba sebuah buku, kita pun dapat menghitung kira-kira di Indonesia cocoknya berapa tarif editor.

Saya pernah menggunakan tarif minimal untuk copy editing ataupun light editing itu adalah Rp25 per kata sehingga asumsi per halaman Rp7.500 (dengan 300 kata dalam satu halaman). Tarif maksimal Rp50 per kata untuk regular editing atau sama dengan Rp15.000 per halaman. Mungkin masih ada penerbit yang terkejut dengan tarif editing sedemikian karena menyamai tarif sebuah penerjemahan Inggris-Indonesia. Walaupun demikian, pengalaman saya untuk sebuah buku juga pernah menarifkan Rp30.000 per halaman untuk copy editing dan disetujui.

Jadi, seorang editor lepas memang harus membuat sistem atau standar tarif yang mengacu pada tiga hal tadi. Dasarnya dapat kita buat perbandingan dari layanan penerbitan di luar negeri. Tarif kita masih kurang dari sepertiga tarif yang mereka tetapkan.  Jadi, masih wajar jika kita menetapkan Rp30-Rp50 per kata untuk kategori light editing atau copy editing ringan karena editor hanya punya penghasilan berikut ini:

Rata-rata halaman A4 = 300 kata

Tarif Rp30 per kata30 x 300 = Rp9.000 per halaman; Buku setebal 144 halaman = Rp1.296.000

Pengerjaan (asumsi 7 hlm per jam x 6 = 42 halaman) = 4 hari x 2 = 8 hari (dua kali editing)

Seminggu kerja berpenghasilan Rp1,2 juta sangat masuk akal jika kemudian editor Indonesia ingin masuk sebagai kelas menengah dengan penghasilan Rp4,8 juta per bulan. Masih kurang? Tinggal mengatur standar tarif dan produktivitas kita saja tentunya supaya berpenghasilan lebih dari Rp6 juta per bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar